Kancil
atau
Tragaulus Javanicus atau pelanduk Kancil merupakan hewan
ruminansia terkecil yang pertama
kali ditemukan di pulau Jawa, kancil termasuk ke dalam hewan nokturnal yang bersifat aktif pada malam hari,
tidak banyak mengeluarkan suara, mudah stres, dan sangat peka terhadap
lingkungan sekitar. Kebisingan maupun cekaman lingkungan lain di sekitar
penangkaran mempengaruhi aktivitas yang diamati. Kebisingan ditimbulkan oleh
suara-suara yang berasal dari lingkungan sekitar seperti suara satwa, suara
manusia, dan suara yang berasal
dari kendaraaan bermotor yang lewat di sekitar kandang. Tanggapan kancil terhadap
gangguan ini ditunjukkan dengan sikap atau gerakan yang tiba-tiba lari menuju
tempat persembunyian (gorong-gorong) untuk menghindar dari bahaya.
Kancil
diklasifikasikan kedalam kingdom Animalia, sub kingdom Metazoa, filum
Chordata, kelas Mammalia, ordo Artiodactila, sub ordo Ruminansia, famili Tragulidae,
dan genus Tragulus. Genus Tragulus dibagi menjadi tiga spesies
yaitu Tragulus napu dengan
berat antara 5-8 kg, T. meminna dengan berat 2.25-2.70 kg, dan
T. javanicus dengan berat 2-2.5 kg. Kancil merupakan hewan herbivora.
Ukuran panjang badannya antara 45-100 cm dengan tinggi antara 20-40 cm.
Satwa ini memiliki kepala kecil, moncong mulut lebar dengan rambut yang
sedikit di bagian hidung, matanya lebar
tanpa kelenjar air mata, telinganya kecil dan memusat. Lehernya
pendek dan tidak bertanduk. Kancil memiliki empat kaki, kuku semu lebih lemah
daripada kuku tengah.
2.
Habitat
dan Status Konservasi
Kancil
merupakan satwa yang dilindungi di Indonesia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 7 Tahun 1999, status konservasi kancil bersama semua anggota genus
Tragulus merupakan satwa yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia (Departemen
Kehutanan, 1999). IUCN (International Union for Conservation of Nature
and Natural Resource) menyatakan kancil berstatus terancam punah (endangered
species).
3.
Manfaat
Pemeliharaan Kancil
Kancil digunakan sebagai salah satu
hewan yang potensial untuk dijadikan sumber protein hewani. Rataan karkas kancil sebesar 52,03%. Persentase karkas kancil
jantan lebih kecil daripada kancil betina. Kancil jantan memiliki berat
organ-organ non-karkas yang lebih berat
dibanding kancil betina. Kancil memiliki persentase karkas tidak jauh
berbeda dengan kambing dan domba (Rosyidi, 2005). Rataan karkas kancil, kambing,
dan domba tercantum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Karkas Kancil, Kambing, dan Domba
Jenis
hewan
|
Rentangan
%
|
Rataan
(%)
|
Kancil
|
47,14-55,68
|
52,03
|
Domba
|
45,00-57,00
|
52,00
|
Kambing Kacang
|
40,72-44,22
|
42,46
|
Kambing Peranakan Etawa
|
43,37-49,76
|
46,65
|
Sumber : (Rosyidi, 2005)
Kandungan asam amino
kancil relatif tinggi dan lengkap dibandingkan dengan
ternak lainnya kecuali kerbau. daging
kancil memiliki daya mengikat air
rendah, susut masak besar, dan sangat empuk. Daging kancil matang memiliki kesan
juiceness sedang, empuk, tekstur agak halus, dan rasa yang gurih. Daging kancil
jantan maupun betina tidak berbeda nyata secara fisik maupun organoleptik, kecuali
untuk warna daging matang betina lebih cerah dibandingkan jantan. manfaat dari mengkonsumsi daging kancil bisa
meningkatkan ketahanan tubuh serta bisa membuat tekanan darah menjadi tinggi.
Kancil sangat cocok jika dikonsumsi oleh orang yang tekanan darahnya sangat
rendah. Sedangkan untuk orang yang memiliki penyakit darah tinggi, tidak
dibenarkan untuk memakan daging kancil.
4. Feeding
Behavior Kancil
Kancil
memilih jenis pakan menggunakan indra penciumannya, yaitu dengan mengendus-endus
pakan yang disediakan. Hewan ini mengambil pakan dengan menggunakan
bibir atas dan bibir bawah untuk selanjutnya dikunyah sebentar menggunakan
gigi geraham sebelum ditelan. Beberapa
pakan yang disukai kancil adalah pisang, kacang panjang,
kangkung, pepaya, jambu biji, jagung, mentimun, tomat, wortel, dan bayam. Penggunaan
otot bibir pada kancil dalam mengambil pakan tidak terlalu aktif dibandingkan
pada domba. Penggunaan bibir pada kancil hanya untuk mengangkut pakan, sedangkan pemotongan pakan dilakukan oleh gigi geraham. Dedaunan
yang dikonsumsi oleh kancil
umumnya daun-daun beserta batang mudanya, karena pada
fase tersebut dedaunan masih
lembut dan palatable, mudah dicerna, dan masih rendahnya kandungan tanin dan
ligninnya.
Aktivitas minum
pada kancil sangat jarang dilakukan. Aktivitas minum hanya diketahui 1-2 kali
saja. Pengamatan yang dilakukan di Kebun Binatang Surabaya aktivitas minum tidak
pernah dilakukan. Kebutuhan air diduga sudah terpenuhi dari makanan yang didapat. Kemampuan menahan haus pada kancil diduga karena kemampuan
dinding sel darah merah kuat sehingga mampu menahan terjadinya hemolisis.
5. Reproduksi
Kancil
Pada masa kawin umumnya sering terjadi
perkelahian sesama jantan untuk memperebutkan pasangannya yaitu betina yang
sedang birahi. Pada jantan masa birahi ditandai adanya benjolan pada dagu.
Jumlah anak yang akan dilairkan dipengaruhi oleh lamanya si kancil betina
bunting. Kancil mencapai
dewasa kelamin pada umur
antara 4 sampai 5 bulan.
Ditambahkan bahwa hewan kancil betina mencapai dewasa
kelamin termuda pada umur
125 hari dan kancil jantan pada umur 166 hari. Adapun lama kebuntingan hewan kancil adalah
sekitar 134 + 2 hari.
Lama berahi kancil bertina adalah 35jam. Perkawinan pada kancil umumnya
dilakukan dengan memasukkan kancil jantan ke dalam kandang betina. Kancil betina biasanya melahirkan 1 anak atau
2 anak setelah masa kehamilan 4 bulan.
6. Kandang Kancil
Kandang
yang digunakan adalah kandang aktivitas dan dilengkapi dengan
gorong-gorong dari
beton sebagai tempat istirahat atau tidur bagi kancil. Kandang berukuran
panjang 455 cm, lebar 260 cm, dan tinggi 220 cm dan dilengkapi dengan tempat
pakan dan minum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar