Sabtu, 26 November 2016

reproduksi hewan ruminansia (kancil)

Kancil atau Tragaulus Javanicus atau pelanduk Kancil merupakan hewan ruminansia terkecil yang pertama kali ditemukan di pulau Jawa, kancil termasuk ke dalam hewan nokturnal yang bersifat aktif pada malam hari, tidak banyak mengeluarkan suara, mudah stres, dan sangat peka terhadap lingkungan sekitar. Kebisingan maupun cekaman lingkungan lain di sekitar penangkaran mempengaruhi aktivitas yang diamati. Kebisingan ditimbulkan oleh suara-suara yang berasal dari lingkungan sekitar seperti suara satwa, suara manusia, dan suara yang berasal dari kendaraaan bermotor yang lewat di sekitar kandang. Tanggapan kancil terhadap gangguan ini ditunjukkan dengan sikap atau gerakan yang tiba-tiba lari menuju tempat persembunyian (gorong-gorong) untuk menghindar dari bahaya.
Kancil diklasifikasikan kedalam kingdom Animalia, sub kingdom Metazoa, filum Chordata, kelas Mammalia, ordo Artiodactila, sub ordo Ruminansia, famili Tragulidae, dan genus Tragulus. Genus Tragulus dibagi menjadi tiga spesies yaitu Tragulus napu dengan berat antara 5-8 kg, T. meminna dengan berat 2.25-2.70 kg, dan T. javanicus dengan berat 2-2.5 kg. Kancil merupakan hewan herbivora. Ukuran panjang badannya antara 45-100 cm dengan tinggi antara 20-40 cm. Satwa ini memiliki kepala kecil, moncong mulut lebar dengan rambut yang sedikit di bagian hidung, matanya lebar tanpa kelenjar air mata, telinganya kecil dan memusat. Lehernya pendek dan tidak bertanduk. Kancil memiliki empat kaki, kuku semu lebih lemah daripada kuku tengah.
2.         Habitat dan Status Konservasi
Kancil merupakan satwa yang dilindungi di Indonesia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999, status konservasi kancil bersama semua anggota genus Tragulus merupakan satwa yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia (Departemen Kehutanan, 1999). IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resource) menyatakan kancil berstatus terancam punah (endangered species).
3.         Manfaat Pemeliharaan Kancil
            Kancil digunakan sebagai salah satu hewan yang potensial untuk dijadikan sumber protein hewani. Rataan karkas kancil sebesar 52,03%. Persentase karkas kancil jantan lebih kecil daripada kancil betina. Kancil jantan memiliki berat organ-organ non-karkas yang lebih berat dibanding kancil betina. Kancil memiliki persentase karkas tidak jauh berbeda dengan kambing dan domba (Rosyidi, 2005). Rataan karkas kancil, kambing, dan domba tercantum dalam Tabel 1.
Tabel 1. Rataan Karkas Kancil, Kambing, dan Domba
Jenis hewan
Rentangan %
Rataan (%)
Kancil
47,14-55,68
52,03
Domba
45,00-57,00
52,00
Kambing Kacang
40,72-44,22
42,46
Kambing Peranakan Etawa
43,37-49,76
46,65
Sumber : (Rosyidi, 2005)
Kandungan asam amino kancil relatif tinggi dan lengkap dibandingkan dengan ternak lainnya kecuali kerbau. daging kancil memiliki daya mengikat air rendah, susut masak besar, dan sangat empuk. Daging kancil matang memiliki kesan juiceness sedang, empuk, tekstur agak halus, dan rasa yang gurih. Daging kancil jantan maupun betina tidak berbeda nyata secara fisik maupun organoleptik, kecuali untuk warna daging matang betina lebih cerah dibandingkan jantan. manfaat dari mengkonsumsi daging kancil bisa meningkatkan ketahanan tubuh serta bisa membuat tekanan darah menjadi tinggi. Kancil sangat cocok jika dikonsumsi oleh orang yang tekanan darahnya sangat rendah. Sedangkan untuk orang yang memiliki penyakit darah tinggi, tidak dibenarkan untuk memakan daging kancil.
4.         Feeding Behavior Kancil
Kancil memilih jenis pakan menggunakan indra penciumannya, yaitu dengan mengendus-endus pakan yang disediakan. Hewan ini mengambil pakan dengan menggunakan bibir atas dan bibir bawah untuk selanjutnya dikunyah sebentar menggunakan gigi geraham sebelum ditelan. Beberapa pakan yang disukai kancil adalah pisang, kacang panjang, kangkung, pepaya, jambu biji, jagung, mentimun, tomat, wortel, dan bayam. Penggunaan otot bibir pada kancil dalam mengambil pakan tidak terlalu aktif dibandingkan pada domba. Penggunaan bibir pada kancil hanya untuk mengangkut pakan, sedangkan pemotongan pakan dilakukan oleh gigi geraham. Dedaunan yang dikonsumsi oleh kancil umumnya daun-daun beserta batang mudanya, karena pada fase tersebut dedaunan masih lembut dan palatable, mudah dicerna, dan masih rendahnya kandungan tanin dan ligninnya.
Aktivitas minum pada kancil sangat jarang dilakukan. Aktivitas minum hanya diketahui 1-2 kali saja. Pengamatan yang dilakukan di Kebun Binatang Surabaya aktivitas minum tidak pernah dilakukan. Kebutuhan air diduga sudah terpenuhi dari makanan yang didapat. Kemampuan menahan haus pada kancil diduga karena kemampuan dinding sel darah merah kuat sehingga mampu menahan terjadinya hemolisis.
5.         Reproduksi Kancil
Pada masa kawin umumnya sering terjadi perkelahian sesama jantan untuk memperebutkan pasangannya yaitu betina yang sedang birahi. Pada jantan masa birahi ditandai adanya benjolan pada dagu. Jumlah anak yang akan dilairkan dipengaruhi oleh lamanya si kancil betina bunting. Kancil mencapai dewasa kelamin pada umur antara 4 sampai 5 bulan. Ditambahkan bahwa hewan kancil betina mencapai dewasa kelamin termuda pada umur 125 hari dan kancil jantan pada umur 166 hari. Adapun lama kebuntingan hewan kancil adalah sekitar 134 + 2 hari. Lama berahi kancil bertina adalah 35jam. Perkawinan pada kancil umumnya dilakukan dengan memasukkan kancil jantan ke dalam kandang betina.  Kancil betina biasanya melahirkan 1 anak atau 2 anak setelah masa kehamilan 4 bulan.
6.         Kandang Kancil
Kandang yang digunakan adalah kandang aktivitas dan dilengkapi dengan
gorong-gorong dari beton sebagai tempat istirahat atau tidur bagi kancil. Kandang berukuran panjang 455 cm, lebar 260 cm, dan tinggi 220 cm dan dilengkapi dengan tempat pakan dan minum.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar