Ternak
dapat berupa binatang yang telah mengalami domestikasi. Ternak dapat dibagi
menjadi ternak rumniansia, non ruminansia (unggas) dan pseudoruminan (kuda dan
kelinci). ayam, angsa, kalkun, atau
itikdapat digolongkan kedalam ternak non ruminansia (unggas) dan untuk sapi,
kambing, domba, kuda, dan kerbau masuk kedalam ternak ruminansia. Kali ini saya
akan membahas tentang perbadaan antara ternak ruinansia dan ternak non
ruminansia(unggas). Perbedaan antara ternak ruminansia dan non ruminansia
(unggas) dapat dilihat dari sistem pencernaannya, kebutuhan nutrisi, pakan
serta cara memanfaatkan pakan tersebut untuk berproduksi.
1. PENGERTIAN RUMINANSIA DAN NON RUMINANSIA
a. Ruminansia
Ruminansia
merupakan binatang berkuku genap subordo dari ordo Artiodactyla disebut
juga mammalia berkuku. Nama ruminan berasal dari bahasa Latin
"ruminare" yang artinya mengunyah kembali atau memamah biak, sehingga
dalam bahasa Indonesia dikenal dengan hewan memamah biak. Hewan ruminansia
umumnya herbivora atau pemakan tanaman, sehingga sebagian besar makanannya
adalah selulose, hemiselulose dan bahkan lignin yang semuanya dikategorikan
sebagai serat kasar. Hewan ini disebut juga hewan berlambung jamak atau polygastric
animal, karena lambungnya terdiri atas rumen, retikulum, omasum dan
abomasum. Rumen merupakan bagian terbesar dan terpenting dalam mencerna serat
kasar.
Ruminansia
mempunyai kemampuan yang unik yakni mampu mengkonversi pakan dengan nilai gizi
rendah menjadi pangan berkualitas tinggi. Proses konversi ini disebabkan oleh
adanya proses Microbial fermentation atau fermentasi microbial
yang terjadi dalam rumen. Proses ini mengekstraksi zat makanan dari pakan
menjadi pangan tersebut melalui berbagai proses metabolisme yang dilakukan oleh
mikroorganisme. Populasi mikroba yang terdiri atas bacteria, protozoa, fungi
dan kapang melakukan fermentasi yang dikenal dengan enzymatic transformation
of organic substances, karena mikroba tersebut menghasilkan berbagai enzim
(Steve Bartle, 2006). Peranan mikroorganisme dalam saluran pencernaan
ruminansia sangat penting, karena untuk merombak selulosa diperlukan enzim
selulase yang hanya dibentuk dalam tubuh mikroorganisme. Melalui proses
simbiose mutualisme, mikroorganisme memanfaatkan sebagian bahan yang diambil
ruminansia sebagai induk semang dan digunakan untuk perkembangbiakan mikroorganisme,
selanjutnya mikroorganisme membantu memfermentasi bahan tersebut yang
menghasilkan bahan lain yang mampu dimanfaatkan oleh induk semang.
Mikroorganisme ini yang terdiri atas bakteri, protozoa, dan jamur, dapat
merupakan sumber protein berkualitas tinggi bagi induk semang
b. Non Ruminansia (unggas)
Ternak
nonruminansia tergolong pada ternak monogastrik, yaitu ternak yang memiliki
lambung tunggal. Sistem perncernaan ternak ini tidak sempurna dibandingkan
dengan ternak ruminansia.
2. PAKAN
Bahan
pakan biasanya dibedakan untuk ternak ruminansia dan non ruminansia, karena
adanya perbedaan dalam system pencernaan kedua jenis ternak tersebut. Berbeda
halnya dengan ternak ruminansia, ternak non ruminansia mempunyai kemampuan yang
sangat terbatas dalam mencerna bahan pakan berserat kasar tinggi. Pakan untuk
ternak ruminansia adalah hijauan sedangkan untuk ternak non ruminansia (unggas)
berupa biji-bijian.
Terdapat
perbedaan yang sangat mendasar antara ternak non-ruminansia dan ruminansia
dalam menggunakan zat makanan sebagai sumber energi. Sumber energi utama untuk
ternak non-ruminansia (seperti unggas, babi) adalah BETN, sedangkan sumber
energi utama untuk ternak ruminansia adalah serat kasar.
perbedaan dasar antara ternak ruminansia dan non ruminansia pada metabolisme sumber
energi berupa karbohidrat dan protein, oleh karena adanya mikroorganisme
(bakteri, protozoa dan fungi) di dalam rumen dan retikulum ruminansia. Pada
ruminansia, karbohidrat mengalami fermentasi oleh mikroba membentuk VFA (volatile
fatty acids = asam lemak terbang) dan produk ini merupakan energi utama untuk
ruminansia.
perbedaan antara ruminansia dan non-ruminansia dalam metabolisme energi yang berasal dari
lemak adalah ternak non-ruminansia hanya dapat memanfaatkan senyawa lemak
sederhana (trigliserida), sedangkan ruminansia dapat memanfaatkan senyawa yang
lebih kompleks seperti fosfolipid (lesitin). Pada ternak non-ruminansia,
trigliserida dimetabolis menjadi asam-asam lemak bebas dan bersama-sama
garam-garam empedu membentuk misel, terus masuk ke usus dalam bentuk
trigliserida dan bergabung bersama β-lipoprotein membentuk kilomikron, kemudian
masuk ke saluran limpa
Pada
ruminansia, lesitin dimetabolis menjadi lisolesitin, bersama asam-asam lemak
bebas yang berasal dari metabolisme senyawa lemak sederhana dan garam-garam
empedu bergabung membentuk misel, terus masuk ke usus dalam bentuk lesitin dan
bergabung bersama trigliserida dan lipoprotein membentuk kilomikron, kemudian
masuk ke saluran limpa
3. MEKANISME PENCERNAAN
a. Ruminansia
Pakan
yang telah dikunyah di dalam mulut masuk ke dalam rumen melalui esophagus
makanan disimpan sementara dirumen. Selanjutnya, makanan menuju retikulum dan
dicerna di dalamnya. Makanan yang telah dicerna kemudian dikeluarkan kembali ke
mulut. Didalam mulut dikunyah kembali dan ditelan lagi ke retikulum, proses ini
disebut memamah biak. Selanjutnya makanan masuk ke omasum, di sini terjadi
proses penyerapan air. Selanjutnya makanan diteruskan ke abomasum (perut
masam), makanan yang sudah dicerna di abomasum akan akan diteruskan ke usus
halus. Di usus halus terjadi proses penyerapan sari-sari makanan, sisa-sisa
makanan yang tidak diserap dikirim ke usus besar. Setelah mengalami penyerapan
air, sisa makanan berupa ampas dikeluarkan melalui anus.
b. Non Ruminansia (unggas)
Unggas mengambil makanannya dengan paruh dan kemudian terus
ditelan. Makanan tersebut disimpan dalam tembolok untuk dilunakkan dan dicampur
dengan getah pencernaan proventrikulus dan kemudian digiling dalam empedal.
Tidak ada enzim pencernaan yang dikeluarkan oleh empedal unggas. Fungsi utama
alat tersebut adalah untuk memperkecil ukuran partikel-partikel makanan.
Dari empedal, makanan bergerak melalui lekukan usus yang disebut
duodenum, yang secara anatomis sejajar dengan pankreas. Pankreas tersebut
mempunyai fungsi penting dalam pencernaan unggas seperti halnya pada
spesies-spesies lainnya. Alat tersebut menghasilkan getah pankreas dalam jumlah
banyak yang mengandung enzim-enzim amilolitik, lipolitik dan proteolitik.
Enzim-enzim tersebut berturut-turut menghidrolisa pati, lemak, proteosa dan
pepton. Empedu hati yang mengandung amilase, mamasuki pula duodenum.
Bahan makanan bergerak melalui usus halus yang dindingnya
mengeluarkan getah usus. Getah usus tersebut mengandung erepsin dan beberapa
enzim yang memecah gula. Erepsin menyempurnakan pencernaan protein, dan
menghasilkan asam-asam amino, enzim yang memecah gula mengubah disakharida ke
dalam gula-gula sederhana (monosakharida) yang kemudian dapat diasimilasi
tubuh. Penyerapan dilaksanakan melalui villi usus halus.
Unggas tidak mengeluarkan urine cair. Urine pada unggas mengalir
ke dalam kloaka dan dikeluarkan bersama-sama feses. Warna putih yang terdapat
dalam kotoran ayam sebagian besar adalah asam urat, sedangkan nitrogen urine
mammalia kebanyakan adalah urine. Saluran pencernaan yang relatif pendek pada
unggas digambarkan pada proses pencernaan yang cepat (lebih kurang empat jam).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar