Kawin Silang Sapi & Banteng Hasilkan Jaliteng
PASURUAN--Hewan banteng, kerbau, sapi adalah hewan yang serumpun alias mirip tapi tidak sama. Anda semua pasti mengenal ciri dan sifat masing-masing.Banteng adalah simbol keperkasaan, liar, dan keberanian. Hewan ini tidak hanya dikenal di Indonesia, tetapi juga melegenda di banyak dunia. Sebut saja hajatan adu banteng vs matador di Spanyol.
Kerbau adalah simbol kemakmuran dan keberhasilan sebagian suku di Tanah Air. Legenda Minangkabau, misalnya sering dikaitkan dengan ternak ini.
Sapi, bagi warga Indonesia, ini lebih dikenal. Lebih-lebih pada Ramadan dan jelang Lebaran lalu saat harga daging melonjak. Bagi warga perdesaan sapi masih dijadikan indikator kekayaaan dan kemakmuran yang dikenal sebagai rojo koyo bagi suku Jawa.
Namun, apa jadinya jika sapi dan banteng dikawin silang?
Adalah Taman Safari Indonesia II Prigen, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, yang juga sebagai lembaga konservasi ex-situ mengembangkan sapi jenis baru "Jaliteng" yang merupakan hasil inseminasi buatan antara sapi Bali-Banteng Jawa.
Manajer Satwa Taman Safari Indonesia II Prigen drh Ivan Candra, mengatakan inseminasi buatan itu saat ini masih sebagai uji coba, guna mendapatkan bibit sapi yang terbaik.
"Masing-masing mempunyai kelebihan. Misalnya, untuk banteng, pencernaannya kuat, hidupnya di daerah kering, tapi mampu gemuk. Artinya pencernaannya baik," ujarnya, MInggu (9/9).
Dia menjelaskan uji coba itu telah dilakukan sejak 2011 setelah Taman Safari mendapatkan bantuan 10 ternak sapi Bali dari Pemerintah Provinsi Jatim.
Dengan rencana pengembangan inseminasi buatan antara sapi Bali dengan Banteng yang merupakan milik Taman Safari sendiri, akhirnya bisa terealisasi. Dari hasil itu, ternyata hasil persilangan tersebut cukup baik.
Persilangan antara sapi Bali dan Banteng Jawa itu menghasilkan anak yang lebih berat bobotnya. Biasanya, anak sapi lahir dengan berat badan 16-17 kilogram, melalui persilangan tersebut menjadi 18-21 kilogram.
Pihaknya menyebut, dari sekitar 10 sapi Bali itu telah menghasilkan delapan ekor anak, empat jantan dan empat betina. Secara keseluruhan sudah ada 16 ekor, tapi sebagian sudah ditarik oleh Pemprov Jatim, pascakeberhasilan inseminasi buatan itu.
Usia sapi "Jaliteng" itu juga bervariasi, antara 5 bulan sampai yang terbesar 18 bulan.
Hasil dari inseminasi itu juga menyerupai banteng dan sapi. Secara fisik, tanduk "Jaliteng" lebih besar menyerupai banteng, tetapi secara wajah lebih mirip sapi.
Warna tubuh ternak tersebut juga beragam, ada yang hitam dan coklat, mirip dengan sapi Bali.
Untuk makanan, ia mengatakan sama seperti ternak pada umumnya. Namun, ternak itu lebih banyak diberikan tambahan makanan seperti vitamin saat bunting.
Ia mengatakan, memang memerlukan waktu yang cukup lama untuk bisa mengembangkan ternak persilangan antara sapi dengan banteng itu. Dibutuhkan waktu sekitar tiga bulan, agar kedua hewan dengan jenis berbeda itu mau menyatu.
Perawatan, lanjut dia, juga lebih intensif dilakukan ketika ternak hendak beranak. Selain mengantisipasi serangan hewan liar seperti anjing, juga menjaga lokasi pemeliharaan sapi itu.
Ivan juga mengatakan, upaya pengembangan jenis sapi hasil inseminasi buatan itu terus dilakukan. Selain ingin mendapatkan bibit yang terbaik, juga demi melestarikan keturunan. Populasi ternak banteng di Jawa sudah semakin terbatas.
Namun, untuk konsumsi sampai saat ini masih belum bisa dilakukan. Taman Safari masih konsentrasi dengan penelitian untuk pengembangan, dan belum sampai ke riset apakah daging "Jaliteng" itu bisa dikonsumsi.
"Kami lakukan riset dan kerja sama dengan Balai Inseminasi Buatan di Singosari. Tujuannya memperbaiki genetik," ujarnya.
Saat ini, di lokasi wisata itu terdapat 28 banteng dan 10 sapi Bali. Walaupun ada program inseminasi buatan untuk mengawinkan dua hewan itu, Taman Safari menegaskan tidak akan mengganggu proses reproduksi alami kedua hewan itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar